KE MADAKARIPURA, TEMPAT GADJAH MADA BERTAPA

00.57 / Diposting oleh Richi Rich /




Beberapa bulan kemarin, saya lihat di Matos atau di Malang Olympic Garden, lantai 2 Gramedia, ada X-banner tentang launching penerbitan buku Gadjah Mada Amukti Palapa Muksa Madakaripura, kalo ga salah gitu judulnya. Teman saya yang namanya Haris langsung nyeletuk: “Lha, Ky, itu lho ada kata-kata Madakaripura, kamu kan pernah ke sana..” hehehe, iya juga. Jadi ingat kalo seminggu sebelumnya saya habis jalan-jalan ke Madakaripura, Probolinggo. Air terjun di ujung tebing di pinggirnya hutan-hutan...


Beberapa bulan kemarin, saya lihat di Matos atau di Malang Olympic Garden, lantai 2 Gramedia, ada X-banner tentang launching penerbitan buku Gadjah Mada Amukti Palapa Muksa Madakaripura, kalo ga salah gitu judulnya. Teman saya yang namanya Haris langsung nyeletuk: “Lha, Ky, itu lho ada kata-kata Madakaripura, kamu kan pernah ke sana..” hehehe, iya juga. Jadi ingat kalo seminggu sebelumnya saya habis jalan-jalan ke Madakaripura, Probolinggo. Air terjun di ujung tebing di pinggirnya hutan-hutan, masih ada monyet yang berkeliaran, dan untuk menuju ke air terjun utama, kita disambut dulu oleh air terjun-air terjun kecil di sisi kiri dan kanan, bagus sekali. Makanya kalo memang ga niat buat basah-basahan, lebih baik membawa jas hujan, bukan payung. Tapi mungkin karena pada dasarnya saya dan 3 orang teman saya berniat rame-rame, jadi ga ada yang bawa jas hujan atau payung. Meskipun begitu, penduduk sekitar bela-belain nawarin jadi ojek payung atau guide. Hm, padahal jalannya lurus aja, ga bakal nyasar. Dari tempat pemberhentian mobil, kita berjalan lewat jalan kecil dari semen dan batu, sekitar setengah jam plus istirahat 5 menit.
Konon kabarnya, kenapa diberi nama Madakaripura, karena disini dulu tempat Patih Gadjah Mada dari Majapahit itu bertapa. Kalo sudah nyampe di air terjun utama, nanti akan terlihat ada patahan di tengah-tengah tebing di belakang air terjun, kira-kira 40 meter dari dasar tebing ada celah seperti gua dangkal. Di situ tempat Gadjah Mada bertapa. Saya jadi bingung, manjatnya lewat mana ya? Karena sisi tebing yang rata, berlumut, hamper pasti ga bakalan ada yang bisa nyampe ke gua celah tersebut kecuali dengan terbang. Di sebelah kanan air terjun utama, ada juga air terjun yang lebih kecil. Dan kata penduduk yang maksa-maksa menawarkan dirinya jadi guide, jatuhan air kecil itu adalah “tirta abadi”, air yang dapat membuat manusia awet muda. Yah, lumayan juga, tadi waktu foto-foto sambil gaya di bawah tirta abadi, airnya mungkin keminum dikit…heee… bisa jadi benar, sebab walaupun sekarang sudah kerja, terbukti banyak nasabah yang mengira saya anak SMA yang lagi magang di kantor.
Balik lagi ke Madakaripura, untuk teman-teman yang mau pergi kesana, kalau bisa berangkat pagi agar sampai di sana tidak terlalu siang. Sebab, kalo sudah di atas jam 2 siang, di daerah sini hampir pasti akan hujan dan rawan longsor jadinya di Madakaripura. Kalo sudah hujan, kawasan Madakaripura pasti ditutup. Tapi yang saya penasaran, penduduk sekitar bilang, kalo ada Jenderal yang dilantik jadi Pangdam atau Panglima, pasti sowan kesini dan bertapa/bermalam di air terjun ini dalam 1 malam. Bener gak ya?


Label:

1 komentar:

Comment by Florentinus Salassaga on 25 Desember 2008 pukul 10.05

GAJAH MADA TERNYATA ORANG DAYAK


Soal nama Gajah Mada menurut masyarakat Dayak di Kalbar perlu diketahui bahwa Gajah Mada bukan orang Jawa, ia adalah asli orang Dayak yang berasal dari Kalimantan Barat, asal usul kampungnya yaitu di Kecamatan Toba (Tobag), Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat (saat ini).

Banyak masyarakat Dayak percaya bahwa Gajah Mada adalah orang Dayak, hal itu berkaitan dengan kisah tutur tinular masyarakat Dayak Tobag, Mali, Simpang dan Dayak Krio yang menyatakan Gajah Mada adalah orang Dayak. Ada sedikit perubahan nama dari Gajah Mada pada Dayak Krio menjadi Jaga Mada bukan Gajah Mada namun Dayak lainnya menyebutnya dengan Gajah Mada.

Sebutan itu sudah ada sejak lama dan Gajah Mada dianggap salah satu Demung Adat yang hilang. Ada kemungkinan ia diutus Raja-Raja di Kalimantan. Ia berasal dari sebuah kampung di wilayah Kecamatan Toba (saat ini). Hal itu dibuktikan dengan ritual memandikan perlengkapan peninggalan Gajah Mada setiap tahunnya. Gajah Mada dianggap menghilang dan tidak pernah kembali ke Kalimantan Barat.

Kisah yang memperkuat bahwa ia memang asli Dayak dan berasal dari Kalbar yaitu ia adalah seorang Demung Adat dibawah kekuasaan Raja-Raja di Kalimantan. Ia seorang Demung dari 10 kampung yang ada, namun setelah dia menghilang entah kemana, kampung tersebut kehilangan satu Demung Adatnya sehingga Demung Adat di wilayah itu tinggal 9 orang saja lagi.

Kisah ini sampai sekarang masih dituturkan oleh kelompok masyarakat Dayak ditempat asalnya Gajah Mada. Bukti-bukti tersebut sangat kuat dan bisa dibuktikan sebab Kerajaan tertua letaknya bukan di Jawa tetapi justeru di Kalimantan sehingga unsur Hindu lebih mempengaruhi setiap sikap dan tata cara hidup dan Hindu pun lebih dulu ada di Kalimantan bukan di Jawa. Alasan ini sangat masuk akal bahwa pengaruh Hindu di Jawa sangat dipengaruhi oleh kerajaan Kutai di Kalimantan dan kemungkinan Gajah Mada adalah orang kuat yang diutus kerajaan Kutai untuk menjajah nusantara termasuk Jawa.

Dalam kisah Patih Gumantar Dayak Kanayatn (Dayak Ahe) Kalimantan Barat bahwa Patih Gajah Mada adalah saudaranya Patih Gumantar, mereka ada 7 bersaudara. (Baca Buku, Mencermati Dayak Kanyatan)

Satu lagi soal nama Patih Gajah Mada bahwa gelar Patih itu sendiri hanya ada di Kalimantan khususnya Kalbar dan satu-satunya patih di Jawa adalah Gajah Mada itu sendiri, tidak ada patih lain dan itu membuktikan bahwa gelar "Patih" berasal dari silsilah kerajaan di Kalimantan bukan dari Jawa.

Posting Komentar